Sentimen dovish pada risalah rapat (minutes) FOMC yang dirilis Kamis (9/10) Dini hari WIB memicu melemahnya dollar terhadap mata uang rival.
Minutes dari rapat kebijakan The Fed bulan lalu tersebut mengungkapkan kekhawatiran para pembuat kebijakan tentang penguatan dollar serta melambatnya pertumbuhan inflasi dan ekonomi dunia yang bisa berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi AS sendiri.
Kekhawatiran tersebut menggambarkan bahwa The Fed tidak ingin buru-buru menaikkan suku bunga. The Fed menegaskan bahwa kenaikkan suku bunga tidak otomatis datang setelah dihentikannya program pembelian obligasi bulanan, namun lebih ditentukan dari seberapa baik kinerja data ekonomi AS nantinya.
Minutes tersebut mengecewakan para pelaku pasar yang sebelumnya sangat optimis tentang prospek suku bunga The Fed.
Terhadap dollar, euro menguat usai minutes, semakin menjauh dari level terendah dua tahun yang sempat disentuh minggu lalu. Diperdagangkan di kisaran 1.2733 pada akhir perdagangan, euro terhitung menguat 0,52 persen terhadap dollar.
Demikian pula franc Swiss, ditutup menguat 0,52 persen di 0.9517 per dollar.
Kekecewaan terhadap nada dovish pada minutes FOMC juga memicu naiknya harga emas dunia. Logam mulia berlanjut rebound dan ditutup menguat satu persen lebih di kisaran $1220.90 per troy ounce.
Pound sterling, sementara itu, terpantau di kisaran 1.6167 terhadap dollar pada akhir perdagangan Rabu, naik 0,45 persen dari posisi pembukaan.
Sedangkan dollar Australia membukukan gain 0,26 persen dengan ditutup di 0.8840 terhadap dollar.
Sebaliknya, dollar justru rebound terhadap yen yang sehari sebelumnya sempat menguat terkait pernyataan Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda dan Perdana Menteri Shinzo Abe. Ditutup di 108.07, dollar terhitung menguat 0,06 persen terhadap yen.
Para analis sendiri masih meyakini bahwa melemahnya dollar lebih sebagai koreksi dari rally sebelumnya. Sentimen dovish pada minutes FOMC tidak mengubah fakta bahwa kinerja perekonomian AS masih lebih baik ketimbang negara-negara lainnya.
Sementara The Fed kian dekat dengan kenaikan suku bunga, bank sentral lainnya di Eropa dan Jepang justru kemungkinan masih harus bertahan dengan kebijakan moneter longgar.
Sebagian analis bahkan menilai melemahnya dollar saat ini menawarkan peluang beli.
Sumber : http://www.vifcorps.com/